Ansorjatim.or.id, Sampang – Nahdlatul Ulama, ormas Islam yang didirikan para kiai. Pendirian Nahdlatul Ulama tidak semerta-merta. Melalui istikhoroh beberapa kiai, salah satunya adalah Syaikhona Kholil bin Abdul Latif Bangkalan. Hadratussyekh Hasyim Asyari semakin yakin perlunya organisasi para ulama ini setelah mendapatkan petunjuk dan restu dari gurunya, Syaikhona Kholil Bangkalan.
“NU lahir di Surabaya dan didirikan oleh ulama asal Jombang Kiai Hasyim Asy’ari, Kiai Wahab Hasbullah dan Kiai Bisri Syansuri. Itu benar, namun kebesaran NU dimulai dari sini (Madura),” kata Habib Muhammad Mahdi Al Khered, Wakil Ketua PW GP Ansor Jawa Timur bidang Cyber dan IT.
Habib asal Sumenep ini menegaskan kedua kalinya, Miqot NU dari Madura. Maka dari itu Madura yang banyak melahirkan ulama moderat menjadi tolak ukur NU secara nasional bahkan internasional. “Madura harus steril dari paham radikalisme. Kalau Madura aman, insyaallah Indonesia aman, maka dari itu jangan diberi ruang gerakan radikal untuk menguasai Madura,” kata Habib Mahdi saat memberikan materi gerakan cyber di Focus Group Discussion (FGD) GP Ansor Kab Sampang (27/10/2020).
Gerekan mereka dimulai dari media sosial (Medsos). Pengguna medsos sangat tinggi di Indonesia termasuk di Madura. Pengguna medsos dari beragam usia, mulai usia 17-45 tahun sangat luar biasa aktivitasnya di dunia maya. Baik melalui medsos berupa Facebook, Instagram, YouTube, Twitter dan lainnya.
“Kalau (pengguna) Instagram kebanyakan para pemuda, Twitter mayoritas para politikus dan pemerhati politik. Sedangkan Facebook dari berbagai usia, dari muda sampai tua ada di situ,” ungkap mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Malang ini.
Maka dari itu, GP Ansor Kabupaten Sampang harus hadir dan terlibat aktif di dunia maya. Gerekan mereka sudah mulai mempengaruhi paham radikal. “Kecintaan kita kepada Nahdlatul Ulama harus menjadi motivasi agar terus bergerak menghadang radikalisme di dunia maya,” motivasi Habib Mahdi kepada para anggota GP Ansor Kab Sampang.
Lanjut Habib Mahdi, jangan sampai gerakan paham radikal hadir di dunia nyata dan mempengaruhi masyarakat madura. “Jangan beri kesempatan paham radikal menguasai Madura, kalau sampai itu terjadi bisa jadi mereka mengambil miqot dari Madura, untuk menguasai Indonesia,” pungkas Habib Mahdi. Editor; Rofi’i Boenawi