Ketua Ansor Jatim Kritik Pemerintah yang Nikmati Hasil Cukai Tembakau, Biarkan Petani Merana
- account_circle BSA Jawa Timur
- calendar_month Ming, 9 Nov 2025
- visibility 421
- comment 0 komentar

Malang, Ansor Jatim – Ketua PW GP Ansor Jawa Timur H Musaffa Safril mengkritik pemerintah soal nasib petani tembakau yang merana tetapi negara menikmati cukai tembakau.
Hal itu disampaikan Gus Musaffa dalam pembukaan Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) GP Ansor Jawa Timur di Kota Malang, Sabtu (8/11/2025).
Musaffa mengungkapkan bahwa negara Indonesia berhutang besar kepada petani tembakau. Menurutnya pada 2024 negara telah menerima hasil dari cukai tembakau hingga triliunan rupiah.
“Tahun 2024, penerimaan negara dari cukai hasil tembakau mencapai Rp 216,9 triliun, angka yang mengungguli migas dan BUMN dan lebih dari separuhnya disumbang oleh Jawa Timur,” ujarnya di hadapan seluruh pimpinan cabang GP Ansor se-Jawa Timur.
Kata Musaffa data kontribusi sektor pendapatan negara dari cukai hasil tembakau Rp216,9 triliun, Sumber Daya Alam Migas dan Non Migas Rp207 triliun, dan Dividen BUMN Rp 85,8 triliun.
Namun meski begitu Musaffa menilai ada paradoks yang menyakitkan di balik capaian besar tersebut. “Negara menikmati, tapi petani merana,” tegasnya.
Lebih lanjut Musaffa mengatakan kontribusi besar sektor tembakau belum sebanding dengan kesejahteraan para petani.
Kebijakan pemerintah, lanjut Musaffa, dinilai belum sepenuhnya berpihak pada petani meski menjadi fondasi utama dari industri yang menopang ratusan triliun rupiah pemasukan negara setiap tahunnya.
“Ansor tidak boleh diam, kita harus berdiri bersama para petani tembakau. Mereka adalah bagian penting dari kekuatan ekonomi bangsa, tapi sering kali paling terpinggirkan,” ucap Musaffa.
Perokok terbesar di Indonesia, sambungnya, adalah warga Nahdlatul Ulama (NU) termasuk kader Ansor. Hal ini seharusnya menjadi kesadaran bersama tentang kontribusi nyata warga NU terhadap perekonomian negara.
Musaffa mendorong agar Muskerwil kali ini tidak hanya menjadi forum administratif, tetapi juga melahirkan rekomendasi kebijakan konkret untuk mendorong keberpihakan terhadap petani tembakau.
“Kalau kita jujur, perokok terbesar di negeri ini adalah warga NU, dan di dalamnya ada Ansor yang artinya kita ini sebenarnya investor utama pendapatan negara dari cukai tembakau. Tapi ironisnya, petani yang menanam tembakau justru belum menikmati kesejahteraan yang layak,” pungkasnya.(wan)
- Penulis: BSA Jawa Timur
