Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Aswaja » Inilah Penjelasan Mengenai Aswaja Perspektif NU

Inilah Penjelasan Mengenai Aswaja Perspektif NU

  • account_circle Ansor Jatim
  • calendar_month Jum, 14 Agu 2020
  • visibility 608
  • comment 0 komentar

Forum Muktamar Ke-33 NU di Jombang pada awal Agustus 2015 lalu membahas perihal “Khashaish Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyyah” atau Aswaja Perspektif NU pada sidang komisi bahtsul masail diniyah maudhu’iyyah. Materi ini dibahas di masjid utama pesantren Tambakberas Jombang yang dipimpin oleh KH Afifuddin Muhajir. Berikut ini rumusannya.


Khashaish Ahlussunnah wal Jamaah An-NahdhiyahAn-Nahdhiyah

Islam sebagai agama samawi terakhir memiliki banyak ciri khas (khashaish) yang membedakannya dari agama lain. Ciri khas Islam yang paling menonjol adalah tawassuth, ta’adul, dan tawazun. Ini adalah beberapa ungkapan yang memiliki arti yang sangat berdekatan atau bahkan sama. Oleh karena itu, tiga ungkapan tersebut bisa disatukan menjadi “wasathiyah”. Watak wasathiyah Islam ini dinyatakan sendiri oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an,

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا

“Dan demikian (pula) kami menjadikan kamu (umat Islam), umat penengah (adil dan pilihan), agar kamu menjadi saksi atas seluruh manusia dan agar Rasul (Muhammad SAW) menjadi saksi atas kamu.” (QS. Al-Baqarah;143)

Nabi Muhammad SAW sendiri menafsirkan kata وَسَطًا dalam firman Allah di atas dengan adil, yang berarti fair dan menempatkan sesuatu pada tempatnya. Perubahan fatwa karena perubahan situasi dan kondisi, dan perbedaan penetapan hukum karena perbedaan kondisi dan psikologi seseorang adalah adil.Selain ayat di atas, ada beberapa ayat dan hadits yang menunjukkan watak wasathiyah dalam Islam, misalnya firman Allah:

وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا

“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (QS. Al-Isra’: 29)

Dalam firman-Nya yang lain,

وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا

“Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (QS. Al-Isra’: 110)

Sementara dalam hadits dikatakan,


خَيْرُ اْلأُمُوْرِ أَوْسَاطُهَا

“Sebaik-baik persoalan adalah sikap-sikap moderat.”

Mirip dengan hadits di atas adalah riwayat,

وَخَيْرُ اْلأَعْمَالِ أَوْسَطُهَا وَدِيْنُ اللهِ بَيْنَ الْقَاسِىْ وَالْغَالِىْ

“Dan sebaik-baik amal perbuatan adalah yang pertengahan, dan agama Allah itu berada di antara yang beku dan yang mendidih.”

Wasathiyyah yang sering diterjemahkan dengan moderasi itu memiliki beberapa pengertian sebagai berikut: Pertama, keadilan di antara dua kezhaliman (عدل بين ظلمين) atau kebenaran di antara dua kebatilan (حق بين باطلين), seperti wasathiyah antara atheisme dan poletheisme. Islam ada di antara atheisme yang mengingkari adanya Tuhan dan poletheisme yang memercayai adanya banyak Tuhan. Artinya, Islam tidak mengambil paham atheisme dan tidak pula paham poletheisme, melainkan paham monotheisme, yakni paham yang memercayai Tuhan Yang Esa. Begitu juga wasathiyyah antara boros dan kikir yang menunjuk pada pengertian tidak boros dan tidak kikir. Artinya, Islam mengajarkan agar seseorang di dalam memberi nafkah tidak kikir dan tidak pula boros, melainkan ada di antara keduanya, yaitu al-karam dan al-jud. Allah berfirman;


وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al-Furqan: 67)

Kedua, pemaduan antara dua hal yang berbeda/berlawanan. Misalnya, (a). wasathiyyah antara rohani dan jasmani yang berarti bahwa Islam bukan hanya memerhatikan aspek rohani saja atau jasmani saja, melainkan memerhatikan keduanya. Wasathiyyah antara nushûs dan maqâshid. Itu berarti Islam tak hanya fokus pada nushûs saja atau maqâshid saja, melainkan memadukan antara keduanya. (b). Islam pun merupakan agama yang menyeimbangkan antara `aql dan naql. Bagi Islam, akal dan wahyu merupakan dua hal yang sama-sama memiliki peranan penting yang sifatnya komplementer (saling mendukung antara satu sama lain). Kalau diibaratkan dengan pengadilan, akal berfungsi sebagai syahid (saksi) sementara wahyu sebagai hakim, atau sebaliknya, yakni akal sebagai hakim sementara wahyu sebagai syahid. (c).  Islam menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara individu dan masyarakat,  antara ilmu dan amal, antara ushul dan furu’, antara sarana (wasilah) dan tujuan (ghayah), antara optimis dan pesimis, dan seterusnya.

Ketiga, realistis (wâqi’iyyah). Islam adalah agama yang realistis, tidak selalu idealistis. Islam memunyai cita-cita tinggi dan semangat yang menggelora untuk mengaplikasikan ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan hukumnya, tapi Islam tidak menutup mata dari realitas kehidupan yang–justru–lebih banyak diwarnai hal-hal yang sangat tidak ideal. Untuk itu, Islam turun ke bumi realitas daripada terus menggantung di langit idealitas yang hampa. Ini tidak berarti bahwa Islam menyerah pada pada realitas yang terjadi, melainkan justru memerhatikan realitas sambil tetap berusaha untuk tercapainya idealitas. Contoh wasathiyyah dalam arti waqi’iyyah ini adalah pemberlakuan hukum ‘azîmah dalam kondisi normal dan hukum rukhshah dalam kondisi dharurat atau hajat.

Watak wasathiyyah dalam Islam Ahlussunnah wal Jama’ah tercermin dalam semua aspek ajarannya, yaitu akidah, syariah, dan akhlaq/tasawwuf serta dalam manhaj. Dalam jam’iyyah Nahdlatul Ulama sebagai bagian dari golongan Ahlussunnah wal Jama’ah, watak wasathiyyah tersebut antara lain terjadi dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Melandaskan ajaran Islam kepada Al-Qur’an dan As-sunnah sebagai sumber pokok dan juga kepada sumber-sumber sekunder yang mengacu pada Al-Qur’an dan As-sunnah seperti ijma’ dan qiyas.

2. Menjadikan ijtihad sebagai otoritas dan aktifitas khusus bagi orang-orang yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang tidak mudah untuk dipenuhi. Sedangkan bagi yang tidak memenuhi syarat-syarat ijtihad, tidak ada jalan lain kecuali harus bermazhab dengan mengikuti salah satu dari mazhab-mazhab yang diyakini penisbatannya kepada ashabul madzahib. Namun, Nahdlatul Ulama membuka ruang untuk bermadzhab secara manhaji dalam persoalan-persoalan yang tidak mungkin dipecahkan dengan bermadzhab secara qauli.

Pola bermadzhab dalam NU berlaku dalam semua aspek ajaran Islam; aqidah, syariah/fiqh, dan akhlaq/tasawwuf, seperti dalam rincian berikut: (a). Di bidang syariah/fiqh, Nahdlatul Ulama mengikuti salah satu dari madzhab empat, yaitu madzhab Imam Abu Hanifah, Madzhab Imam Malik ibn Anas, madzhab Imam Muhammad bin Idris as-Syafii dan madzhab Imam Ahmad bin Hanbal. (b). Di bidang aqidah mengikuti madzhab Imam Abul Hasan al-Asy’ari dan madzhab Imam Abu Manshur al-Maturidi. (c). Di bidang akhlaq/tasawuf mengikuti madzhab Imam al-Junaid al-Baghdadi dan madzhab Imam Abu Hamid al-Ghazali.

3. Berpegang teguh pada petunjuk Al-Qur’an di dalam melakukan dakwah dan amar makruf nahi mungkar, yaitu dakwah dengan hikmah/kearifan, mau’izhah hasanah, dan mujadalah bil husna.

4. Sebagai salah satu wujud dari watak wasathiyyah dengan pengertian al-waqi’iyyah (realistis), Nahdlatul Ulama menghukumi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dengan Pancasila sebagai dasarnya sebagai sebuah negara yang sah menurut pandangan Islam dan tetap berusaha secara terus menerus melakukan perbaikan sehingga menjadi negara adil makmur berketuhanan Yang Maha Esa. 

5. Mengakui keutamaan dan keadilan para shahabat Nabi, mencintai dan menghormati mereka serta menolak dengan keras segala bentuk penghinaan dan pelecehan terhadap mereka apalagi menuduh mereka kafir.

6. Tidak menganggap siapapun setelah Nabi Muhammad saw sebagai pribadi yang ma’shum (terjaga dari kesalahan dan dosa). 

7. Perbedaan yang terjadi di kalangan kaum muslimin merupakan salah satu dari fitrah kemanusiaan. Karena itu, menghormati perbedaan pendapat dalam masa`il furu`iyyah-ijtihadiyah adalah keharusan. Nahdhatul Ulama tak perlu melakukan klaim kebenaran dalam masalah ijtihadiyyah tersebut.

8. Menghindari hal-hal yang menimbulkan permusuhan seperti tuduhan kafir kepada sesama muslim, ahlul qiblah.

9. Menjaga ukhuwwah imaniyyah-islamiyyah di kalangan kaum muslimin dan ukhuwwah wathaniyyah terhadap para pemeluk agama-agama lain. Dalam konteks NU, menjaga ukhuwwah nahdliyyah adalah niscaya terutama untuk menjaga persatuan dan kekompakan seluruh warga NU.

10. Menjaga keseimbangan antara aspek rohani dan jasmani dengan mengembangkan tasawwuf `amali, majelis-majelis dzikir, dan sholawat sebagai sarana taqarrub ilallah di samping mendorong umat Islam agar melakukan kerja keras untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. (Red Alhafiz K)

  • Penulis: Ansor Jatim

Rekomendasi Untuk Anda

  • Konsolidasikan Organisasi, Rijalul Ansor Jatim Ngaji Bulanan dan Gelar Haul Habib Iqbal Assegaf

    Konsolidasikan Organisasi, Rijalul Ansor Jatim Ngaji Bulanan dan Gelar Haul Habib Iqbal Assegaf

    • calendar_month Rab, 3 Mar 2021
    • visibility 202
    • 0Komentar

    Surabaya – Majelis Dzikir dan Sholawat (MDS) Rijalul Ansor Jawa Timur memulai agenda konsolidasi organisasi dengan menggunakan sarana keilmuan yang bertajuk Ngaji Bulanan (02/03/2021). Kegiatan Ngaji Bulanan yang dilakukan setiap selasa awal bulan masehi tersebut dilakukan perdana di Aula Lantai III Kantor PW GP Ansor Jawa Timur. Dengan diawali dengan pembacaan Ratibul Haddad. Ketua MDS […]

  • Lancar dan Inovatif, Gus Syafiq Apresiasi Kepemimpinan Gus Men Dalam Pelayanan Haji 2024

    Lancar dan Inovatif, Gus Syafiq Apresiasi Kepemimpinan Gus Men Dalam Pelayanan Haji 2024

    • calendar_month Rab, 26 Jun 2024
    • visibility 250
    • 0Komentar

    Surabaya – Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, menilai penyelenggaraan ibadah haji tahun 1445 H/2024 M berjalan dengan baik dan lancar. Dalam kepemimpinan yang kuat dan amanah, Raja Salman dan Putra Mahkota Muhammad bin Salman telah sukses smemastikan semua rangkaian ibadah haji berjalan lancar. Menag Yaqut memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia atas sejumlah inovasi […]

  • Jalin Kerjasama Strategis, PC Ansor dan Kejari Bojonegoro Komitmen Bangun Sinergitas

    Jalin Kerjasama Strategis, PC Ansor dan Kejari Bojonegoro Komitmen Bangun Sinergitas

    • calendar_month Sab, 24 Mei 2025
    • visibility 451
    • 0Komentar

    Bojonegoro, Ansor Jatim – Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Bojonegoro melakukan audiensi dengan jajaran Kejaksaan Negeri (Kejari) Bojonegoro sebagai langkah awal membangun sinergi kelembagaan serta memperkuat kesadaran hukum di lingkungan kader Ansor dan lembaga-lembaga di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU), Jumat (23/5/2025). Audiensi yang berlangsung di Kantor Kejari Bojonegoro tersebut membahas sejumlah agenda […]

  • Mewakili Pimpinan Wilayah, Habib Mahdi Al Khirid Lantik PAC GP Ansor Beji

    Mewakili Pimpinan Wilayah, Habib Mahdi Al Khirid Lantik PAC GP Ansor Beji

    • calendar_month Sen, 8 Mar 2021
    • visibility 174
    • 0Komentar

    Bangil – Pimpinan Anak Cabang GP Ansor Beji menggelar acara pelantikan. Berlangsung di Hall Lantai II gedung MWC NU (07/03/2021), acara diawali dengan sholawat al banjari yang dibawakan oleh pemenang dalam lomba virtual sholawat al banjari. Nampak beberapa tamu undangan yang juga hadir mensukseskan acara tersebut, diantaranya adalah semua banom NU mulai dari fatayat, muslimat, […]

  • Catut Logo dan Atribut, PW GP Ansor Jatim Somasi IKA Alumni Ansor

    Catut Logo dan Atribut, PW GP Ansor Jatim Somasi IKA Alumni Ansor

    • calendar_month Jum, 17 Jun 2022
    • visibility 301
    • 0Komentar

    PASURUAN—Gelombang penolakan rencana deklarasi Ikatan Alumni GP Ansor terus menguat. Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jatim, H Syafiq Syauqi memberikan somasi kepada sejumlah orang yang mendeklarasikan IKA GP Ansor Banser untuk membubarkan diri dan tidak melanjutkan berkegiatan. “Segala atribut yang menggunakan nama Ansor akan kita cegah dan larang untuk digunakan tanpa koordinasi dengan Pimpinan […]

  • Ngaji Tani Di MDS RA GP Ansor Dukun

    Ngaji Tani Di MDS RA GP Ansor Dukun

    • calendar_month Jum, 15 Okt 2021
    • visibility 197
    • 0Komentar

    Gresik – Majelis Dzikir Shalawat Rijalul Ansor (MDS RA) Gerakan pemuda (GP) Ansor kecamatan Dukun malam ini menyelenggarakan giat MDS RA dengan ngaji tani. Kegiatan ini melibatkan seluruh jajaran dan anggota Ansor Banser serta MDS RA baik ranting dan pengurus anak cabang (Ancab) MDS RA sendiri merupakan bagian dari Ansor dengan konsentrasi pada kegiatan ritual […]

expand_less