Jember – Pimpinan Wilayah (PW) Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS) Rijalul Ansor Jatim menggelar acara Ngaji Fikrah Nahdliyah KH Ahmad Shiddiq. Kegiatan tersebut dipusatkan di Pondok Pesantren Islam (PPI) As Shiddiqi Putra (Ashtra) Kaliwates, Jember, Jatim, Sabtu (13/07/2024).
Ketua PW MDS Rijalul Ansor Jatim, HM Nailur Rochman atau Gus Amak mengemukakan, acara ini diadakan dalam rangka momen peringatan tahun baru Islam 1 Muharram 1446 Hijriah. Menurut pandangannya, kajian kitab Fikrah Nahdliyah ini sangat penting bagi pengurus PW MDS Rijalul Ansor Jatim dan generasi muda NU pada umumnya untuk mengenang pemikiran-pemikiran para ulama NU.
“Kami lihat yang jarang dikaji atau bahkan belum dikenang oleh generasi muda di NU adalah pemikiran KH Ahmad Shiddiq, beliau memiliki satu karya atau pemikiran yang bisa dikatakan menjadi salah satu rel (pedoman) nya NU, dan itulah buku yang kita bahas pada pertemuan siang hari ini,” tandasnya.
Lebih lanjut, Gus Amak menegaskan, kegiatan ini juga bertujuan untuk mengenalkan sosok KH Ahmad Shiddiq dan KH Muhammad Shiddiq yang memiliki peran sangat penting dalam urusan sikap kebangsaan Nahdlatul Ulama (NU).
“Kalau anda mengingat peristiwa munas alim ulama tahu 1983, kemudian dilanjutkan dengan Muktamar NU Situbondo tahun 1984. Di situ ada satu keputusan penting yang diambil oleh NU, pertama adalah keputusan kembali ke Khittah dan kedua keputusan untuk menerima Pancasila sebagai azas tunggal, ini tidak lepas dari peran KH Ahmad Shiddiq,” tegasnya.
Sementara, pengasuh PPI Ashtra Jember, KH Muhammad Balya Firjaun Barlaman menuturkan, buku Fikrah Nahdliyah KH Ahmad Shiddiq ini diterbitkan kembali oleh Forum Silaturrahmi Sarjana NU (FOSSNU) pada tahun 1992 lalu dan berisikan pola pikir atau pedoman berfikir yang disebut Fikrah Nahdliyah.
Putra Almaghfurlah KH Ahmad Shiddiq tersebut memaparkan, pola pikir atau kerangka berpikir ini adalah satu hal yang akan mempengaruhi seseorang di dalam bersikap, berbuat, menilai atau menyusun rencana-rencana program untuk mewujudkan kebaikan umat. Bahkan, kegiatan-kegiatan perjuangan (NU) itu sangat bergantung pada pola pikirnya.
“Nah, pola pikir ini yang kemudian dirumuskan dan dirangkum oleh beliau (KH Ahmad Shiddiq) menjadi lima dalil perjuangan dan lima dalil hukum. Saat itu beliau pernah menyampaikan, lima dalil perjuangan dan lima dalil hukum ini ibaratnya dua pasang mata. Ketika keduanya digunakan, maka kita akan bisa melihat sesuatu itu dengan jelas dan cermat secara proporsional,” paparnya.
Sebagaimana diketahui, KH Ahmad Siddiq bin KH Muhammad Shiddiq pernah menjabat sebagai Ketua dan juga Wakil Rais PWNU Jatim (Th 1950, 1960-1967), Wakil Ketua II PBNU (1955), Ketua PBNU (1971-1979), dan kemudian terakhir sebagai Rais Aam PBNU (1984-1991).
Kegiatan ini dihadiri oleh segenap pengasuh PPI Ashtra Jember, segenap pengurus PW MDS Rijalul Ansor Jatim, jajaran PC GP Ansor Jember, serta tamu undangan lainnya.
Pewarta : Yuli Riyanto