Surabaya, Ansor – Gerakan Pemuda Ansor bukan sekadar organisasi, melainkan sebuah rumah besar yang menaungi berbagai pilar pengabdian, seperti Banser, Majelis Dzikir dan Sholawat Rijalul Ansor, serta Lembaga Bantuan Hukum. Rumah ini adalah keluarga besar yang dibangun dengan semangat solidaritas, pengabdian, dan keikhlasan.
Sebagai pasukan inti dan garda terdepan Gerakan Pemuda Ansor, Banser adalah simbol keberanian dan ketulusan. Mereka menjalankan tugas mulia menjaga ulama, membela agama, melindungi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan mendukung organisasi di berbagai medan, tanpa pamrih atau imbalan materi. Mereka mengajarkan kepada kita bahwa perjuangan tidak harus menunggu segala sesuatu serba cukup. Meski banyak dari mereka hidup dalam keterbatasan, dedikasi mereka menjadi bukti nyata pengabdian sejati.
Namun, di balik pengabdian mulia ini, ada tantangan besar. Tidak sedikit anggota Banser yang wafat dalam pengabdian, meninggalkan keluarga yang membutuhkan perhatian, terutama anak-anak yatim mereka. Inilah mengapa pentingnya menumbuhkan Esprit De Corps—Jiwa Korsa—dalam keluarga besar Ansor. Solidaritas nyata kepada keluarga mereka bukan hanya wujud tanggung jawab moral, tetapi juga investasi berharga bagi generasi penerus.
Kisah dari dunia militer memberikan inspirasi yang kuat. Ketika seorang prajurit gugur, sahabat-sahabatnya memastikan keluarganya tetap terjaga. Perhatian ini bukan hanya meringankan beban, tetapi juga menanamkan rasa bangga dan semangat pada anak-anak mereka untuk melanjutkan perjuangan sang ayah. Esprit De Corps semacam ini harus menjadi teladan bagi kita dalam memperhatikan keluarga Banser yang telah berpulang.
PW Ansor Jawa Timur, melalui Bidang Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, berkomitmen membangun budaya peduli dan berbagi. Dukungan kepada keluarga Banser akan melahirkan generasi penerus yang bangga pada Ansor dan siap melanjutkan perjuangan. Anak-anak yatim yang kita bantu hari ini bisa saja di masa depan menjadi kiai, ilmuwan, pengusaha, pejabat, atau pemimpin masyarakat. Ketika mereka berhasil, mereka akan mengingat Ansor sebagai keluarga yang selalu hadir di masa-masa sulit.
Bayangkan suatu hari nanti, anak-anak yatim ini tumbuh menjadi tokoh-tokoh penting. Dengan bangga mereka berkata, “Dulu bapak saya Banser. Setelah beliau wafat, Ansor selalu ada untuk kami. Kini saya ingin melanjutkan perjuangan bersama Ansor ” tegasnga.
Merawat Jiwa Korsa bukan hanya soal melestarikan solidaritas, tetapi juga membangun masa depan. Ini adalah tugas kita bersama untuk memastikan bahwa pengabdian Banser yang tulus tetap menjadi inspirasi bagi generasi mendatang, sekaligus menjadi bukti nyata bahwa keluarga besar Ansor adalah rumah yang selalu memberikan perlindungan, kasih sayang, dan harapan.
Penulis : Musaffak Safril (Ketua PW GP Ansor Jatim)