Yogyakarta – Agenda tour religi bertajuk “Peta Jalan Spiritual Ansor Jatim” yang dilakukan oleh pengurus harian PW GP Ansor Jawa Timur selain mengunjungi sejumlah makam auliya dan pejuang islam menjadi lebih berwarna dengan agenda diskusi ‘semalam di Jogja’.
Perjalanan spiritual bagi Ansor Jatim haruslah diselaraskan dengan penguatan kapasitas intelektual. Pesan itulah kemudian yang ingin disampaikan ketika Dr. Muhammad Najib Azka yang merupakan pengajar senior di Universitas Gajah Mada hadir sebagai Narasumber utama diskusi Ansor Jatim di Hotel Alayana, Kamis (07/03/2024).
Akademisi yang menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal PBNU tersebut hadir menyampaikan beberapa materi penting tentang positioning NU dan Ansor dalam Geopolitik Internasional terbaru.
Selain itu, kepada pengurus harian PW GP Ansor Jawa Timur, Dr. Muhammad Najib Azka menjelaskan tentang visi genuine PBNU dimana Gus Yahya selaku ketua Tandfidziyah menjalankan amanah membawa NU dalam percaturan politik global sebagaimana mandat besar gerakan internasional NU seperti dalam simbol jagatnya.
H.M. Hasan Bisri menjadi moderator dalam diskusi gayeng yang berlangsung hingga larut malam. “Selain dua hal strategis itu, hadirnya Dr. Azka juga kami niatkan untuk bagaimana membangun strategi yang lebih elegan dalam peta gerakan islam internasional yang sudah berubah, khususnya dalam membendung gerakan transnasional” terang H.M. Hasan Bisri selaku sekretaris PW GP Ansor Jawa Timur.
Ketua PW GP Ansor Jawa Timur H.M. Syafiq Syauqi menjelaskan bahwa dalam dunia yang berubah dan peta gerakan islam yang bendulumnya telah bergeser membuat GP Ansor selaku anak muda Nahdlatul Ulama disebutnya harus melakukan update informasi dan mereformulasi strategi gerakan.
“Beliau Dr. Azka kami hadirkan sebagai narasumber kunci untuk memberikan pemahaman tentang arah gerak NU dan Ansor dalam peta dunia yang terbaru. Kita perlu melakukan pembaharuan data tentang gerakan islam internasional dan posisi NU dalam dunia baru tersebut serta bagaimana membangun strategi melalui reformula strategi gerakan” Terang Gus Syafiq.
Dalam diskusi tertutup tersebut, Dr. Muhammad Najib Azka secara detail menjelaskan bagaimana posisi negara-negara timur tengah dan proxy-nya saat ini. Selain itu, Dr. Azka juga menjelaskan bagaimana grand strategi PBNU yang disusun Gus Yahya dalam membangun gerakan humanitarianisme Islam.
“Yang perlu dicatat bahwa banyak terjadi perubahan bendulum kebijakan di negara timur tengah terkait arah gerakan kelompok islam. Dan Gus Yahya tahu betul bagaimana bendulum itu berubah dan peran strategis apa yang harus dilakukan PBNU. Data Gus Yahya komplit terkait hal itu” Terang Dr. Muhammad Najib Azka.
Arab saudi yang dahulu menjadi poros gerakan salafi wahabi internasional melalui lembaga Rabithoh alam islami kini disebutnya telah banyak berubah dan merubah mitra strategisnya di dunia dengan menggandeng Nahdlatul Ulama. “Islam Saudi telah berubah dan NU telah diposisi menjadi mitra strategis bagi saudi untuk merubah wajah islam ala wahabi yang selama ini disebut menghambat kemajuan negara khodimul haramain tersebut”.
Menariknya, posisi Uni Emirat Islam dan Arab Saudi yang kini sebagai motor gerakan humanitarianisme islam di dunia internasional bersama PBNU. Sedangkan Qatar masih memerankan peran sebagai negara ‘pemberi suaka bagi Ikhwanul Muslimin dan Hamas’ dimana posisinya dipetakan dengan detail oleh Dr. Muhammad Najib Azka.
Dr. Muhammad Najib Azka juga memberikan beberapa strategi elegan kepada Ansor Jatim dalam kaitannya membendung gerakan salafi wahabi yang disebutnya sudah kehilangan induk semangnya di timur tengah.
“Ansor jatim saya kira harus mulai melakukan strategi elegan berbasis data terbaru tentang bagaimana arah organisasi gerakan islam transnasional dan bagaimana gerakan PBNU yang dirancang dengan baik oleh Gus Yahya” Harapnya.
Dr. Muhammad Najib Azka saat ini adalah Kepala Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian UGM, Direktur Youth Studies Centre Fisipol UGM, dan staf pengajar senior di Departemen Sosiologi UGM.
Menyelesaikan S1 di Jurusan Sosiologi UGM pada 1996 dengan skripsi yang diterbitkan oleh LKiS pada 1998 berjudul Hegemoni Tentara. Ia melanjutkan studi master di Australian National University dengan tesis berjudul The Role of Security Forces in Communal Conflict: the Case of Ambon, Indonesia pada 2003. Ia menyelesaikan studi doktroalnya di University of Amsterdam dengan disertasi berjudul After Jihad: A Biographical Approach to Passionate Politics. Publikasi antara lain ‘A Return to the Past or a New geopolitical Future? The Implications of Past Communal Conflict for Contemporary Security Debates in Indonesia.’ Journal of Contemporary Asia (2019, with Rachael Diprose), dan After the Communal War: Understanding and Addressing Post-Conflict Violence in Eastern Indonesia.