Breaking News
light_mode
Trending Tags
Maaf, tidak ditemukan tags pada periode waktu yang ditentukan.
Beranda » Banser » SEJARAH BANSER VS PKI

SEJARAH BANSER VS PKI

  • account_circle Ansor Jatim
  • calendar_month Jum, 14 Agu 2020
  • visibility 892
  • comment 4 komentar

Tanggal 1 Oktober 1965 mulai pukul 03.30 sampai 05.00, gerakan makar PKI yang dipimpin oleh Letkol Untung menculik para Jenderal AD yang difitnah sebagai anggota Dewan Jenderal. Letjen Ahmad Yani, Brigjen DI Panjaitan, Mayjen Soetoyo, Mayjen Soeprapto, Brigjen S. Parman, dan Mayjen Haryono MT mereka culik dan bunuh (Puspen AD, 1965: 9-10).

Sekalipun aksi itu terjadi 1 Oktober 1965, PKI menamakan aksinya itu dengan nama “Gerakan 30 September”. Tanggal 1 Oktober itu juga, Letkol Untung menyatakan bahwa kekuasaan berada di tangan Dewan Revolusi. Untung juga menyatakan kabinet demisioner. Pangkat para jenderal diturunkan sampai setingkat letnan kolonel, dan prajurit yang mendukung Dewan Revolusi dinaikkan pangkat satu sampai dua tingkat.

Aksi sepihak Letkol Untung yang menculik para jenderal dan membentuk Dewan Revolusi serta mendemisioner kabinet, jelas merupakan upaya kudeta. Sebab dalam Dewan Revolusi itu tidak terdapat nama Presiden Soekarno. Kabinet yang didemisioner pun adalah kabinet Soekarno dan jenderal-jenderal yang diculik pun adalah jenderal-jenderal yang setia pada Soekarno. Bahkan Jenderal A.H. Nasution, adalah jenderal yang pernah ditugasi Soekarno untuk menumpas PKI dalam pemberontakan di Madiun 1948.

Menghadapi aksi sepihak Letkol Untung, tanggal 1 Oktober 1965 itu juga, PBNU mengeluarkan pernyataan sikap untuk mengutuk gerakan tersebut. Pada 2 Oktober 1965, pimpinan muda NU, Subchan Z.E., membentuk Komando Aksi Pengganyangan Kontra Revolusi Gerakan 30 September disingkat KAP GESTAPU yang mengutuk dan mengganyang aksi kudeta 1 oktober 1965 itu.

Tanggal 2 Oktober itu pula Mayjen Sutjipto, Ketua Gabungan V KOTI, mengundang wakil-wakil ormas dan orpol yang setia pada Pancasila ke Mabes KOTI di Jln. Merdeka Barat. Rapat kemudian memutuskan untuk secara bulat berdiri di belakang Jenderal Soeharto dan Angkatan Darat (O.G. Roeder, 1987: 48-49). Sementara di Kediri, tanggal 2 Oktober 1965 sudah tersebar pamflet-pamflet yang menyatakan bahwa dalang di balik peristiwa 1 Oktober 1965 adalah PKI.

BENTROK BANSER VS PKI


10 Oktober 1965, sekalipun PKI menyatakan bahwa peristiwa 1 Oktober yang dinamai ‘Gerakan 30 September’ itu adalah persoalan intern AD dan PKI tidak tahu-menahu, anggota Banser di kabupaten Malang mulai menurunkan papan nama PKI beserta ormas-ormasnya. Hari itu juga, tokoh-tokoh PKI di daerah Turen mulai diserang Banser dan dibunuh. Di antara tokoh PKI yang terbunuh saat itu adalah Suwoto, Bowo, dan Kasiadi. Palis, kawan akrab Bowo, karena takut dibunuh Banser malah bunuh diri di kuburan desa Pagedangan.

11 Oktober 1965, Banser beserta santri dari berbagai pesantren di Tulungagung menyerang PKI di kawasan Pabrik Gula Mojopanggung. Sekitar 3 ribu orang PKI yang sudah bersiaga dengan senjata panah, kelewang, tombak, pedang, clurit, air keras, dan lubang-lubang di dalam rumah, berhasil dilumpuhkan. Tanpa melakukan perlawanan berarti, pasukan PKI itu ditangkapi Banser dan disembelih. Para anggota Banser dan santri yang usianya sekitar 13 – 16 tahun itu, berhasil melumpuhkan para jagoan PKI.

Pada 12 Oktober 1965, sekitar 3 ribu orang anggota Banser mengadakan apel di alun-alun Kediri. Setelah apel usai, mereka bergerak menurunkan papan nama PKI beserta ormas-ormasnya di sepanjang jalan yang mereka lewati. Di markas PKI di desa Burengan, telah siaga sekitar 5 ribu orang PKI dengan bermacam- macam senjata. Iring-iringan Banser yang dipimpin Bintoro, Ubaid dan Nur Rohim itu kemudian dihadang oleh PKI. Terjadi bentrokan berdarah dalam bentuk tawuran massal. Sekitar 100 orang PKI di sekitar markas itu tewas. Sementara, di pihak Banser tidak satupun jatuh korban. Dalam peristiwa itu, Banser mendapat pujian dari Letkol Soemarsono, komandan Brigif 6 Kediri karena kemenangan mutlak Banser dalam tawuran massal itu.

Pada 13 Oktober 1965, sekitar 10 ribu orang PKI di kecamatan Kepung, Kediri, melakukan unjuk kekuatan dalam upacara pemakaman mayat Sikat tokoh PKI setempat yang tewas dalam peristiwa di Burengan. Mereka menyatakan akan membalas kematian para pimpinan mereka. Dan sore hari, dua orang santri dari pondok Kencong yang pulang ke desanya di Dermo, Plosoklaten, dicegat di tengah jalan. Seorang dibunuh. Tubuh dicincang. Seorang dikubur hidup-hidup.

Kematian dua orang santri yang masih remaja itu, membuat Banser marah. Tapi mereka belum berani menyerbu ke desa Dermo, karena kedudukan PKI di situ sangat kuat. Akhirnya, Banser setempat meminta bantuan Banser dari pondok Tebuireng, Jombang. Dengan kekuatan lima truk, Banser Tebuireng masuk ke desa Dermo. Truk mereka diberi tulisan BTI singkatan dari Banser Tebu Ireng. Rupanya, PKI menduga bahwa BTI itu adalah Barisan Tani Indonesia yang merupakan ormas mereka. Walhasil, bagaikan siasat “kuda Troya”, pertahanan PKI di desa Dermo dihancurkan dari dalam.

Pertarungan antara Banser dengan PKI yang berakibat fatal bagi Banser adalah di Banyuwangi. Ceritanya, Banser dari Muncar yang umumnya dari suku Madura dikenal amat bersemangat mengganyang PKI. Itu sebabnya, pada 17 Oktober 1965, di bawah pimpinan Mursyid, dengan kekuatan tiga truk mereka menyerang kubu PKI di Karangasem. Di Karangasem, terjadi bentrok berdarah setelah Banser tertipu dengan makanan beracun. Dalam bentrokan itu 93 orang Banser gugur. Sisanya melarikan diri ke arah Jajag dan ke arah Cluring. Ternyata, Banser yang lari ke Cluring dihadang PKI di desa itu. Sekitar 62 orang Banser dibantai dan dimakamkan di tiga lubang dekat kuburan desa.

Pada 27 Oktober 1965, pemerintah mengeluarkan seruan agar masing-masing ormas tidak saling membunuh dan melakukan aksi kekerasan. Siapa saja yang melakukan penyerangan sepihak, akan diadili sebagai penjahat. Seruan itu dimanfaatkan oleh PKI. Mereka melaporkan anggota Banser yang telah membunuh keluarga mereka. Dan jadilah hari-hari sesudah 27 Oktober itu penangkapan dan pemburuan aparat keamanan terhadap Banser.

PENUMPASAN PKI
Dalam bulan November-Desember, setelah sejumlah pimpinan PKI seperti Brigjen Supardjo, Letkol Untung, Nyono, Nyoto, dan Aidit diberitakan tertangkap, makin terkuaklah bahwa perancang kudeta 1 Oktober 1965 adalah PKI. Saat-saat itulah pihak ABRI khususnya AD mulai melakukan pembersihan dan penumpasan terhadap PKI beserta ormas-ormasnya. Dan tangan kanan yang digunakan oleh pihak militer itu adalah “anak didik” mereka sendiri dalam hal ini adalah Banser yang memiliki jumlah anggota puluhan ribu orang.

Dalam suatu aksi penangkapan dan penumpasan PKI di Kediri, misalnya, pihak AD hanya menurunkan 21 personil. Sedang Banser yang dilibatkan mencapai jumlah 20 ribu orang lebih. Dengan jumlah yang besar itu, diadakan operasi yang disebut “Pagar Betis” yakni wilayah kecamatan Kepung dikepung oleh Banser dalam jarak satu meter tiap orang. Dengan cara pagar betis itulah, PKI tidak dapat lolos. Sekitar 6000 orang PKI tertangkap (“Banser Berjihad Menumpas PKI” 1996).

Penangkapan besar-besaran juga terjadi di Banyuwangi, Blitar, Malang, Tulungagung, Lumajang dan kesemuanya melibatkan Banser. Mengenai keterlibatan Banser dalam menumpas PKI, itu Komandan Kodim Kediri Mayor Chambali (alm) menyatakan bahwa hal itu merupakan strategi ABRI yang ampuh. Sebab di tubuh Banser tidak tersusupi unsur PKI. Sementara jika dalam penumpasan itu hanya ABRI yang dilibatkan, maka pihak ABRI sendiri belum bisa menentukan siapa lawan dan siapa kawan karena banyaknya anggota ABRI yang dibina PKI.

OPERASI TRISULA
Tahun 1968, ketika PKI sudah dibubarkan dan pengikutnya ditumpas, terjadi aksi-aksi kerusuhan di Blitar Selatan. Aksi-aksi kerusuhan yang berupa perampokan, penganiayaan, penculikan, dan pembunuhan itu selalu mengambil korban warga NU dan PNI. Sejumlah korban yang terbunuh, misalnya, Kiai Maksum dari Plosorejo, Kademangan. Sesudah itu Imam Masjid Dawuhan. Tokoh PNI yang terbunuh adalah Manun dari desa Dawuhan, kemudian Susanto Kepala Sekolah Panggungasri, dan Sastro kepala Jawatan Penerangan Binangun. Puncaknya, 2 orang anggota Banser yang sedang jaga keamanan di gardu di bunuh.

Para pimpinan Ansor Blitar melaporkan kecurigaan mereka kepada Komandan Kodim akan bangkitnya kembali kekuatan PKI di Blitar. Namun laporan itu tak digubris. Akhirnya, mereka menghubungi seorang aktivis Ansor yang menjadi Danrem Madiun yakni Kolonel Kholil Thohir. Oleh Kholil Thohir disiapkan 3 batalyon yaitu 521, 511, dan 527 untuk operasi yang diberi nama sandi “Operasi Blitar Selatan”. Namun operasi berkekuatan 3 batalyon itu tidak mampu mengatasi gerakan gerilya PKI.

Operasi kemudian diambil alih oleh Kodam VIII/ Brawijaya yang menurunkan 5 batalyon yaitu 521, 511, 527, 513, dan 531 dengan Perintah Operasi No.01/2/1968. Namun operasi dari Kodam inipun kurang efektif. Akhirnya, setelah dievaluasi diadakan operasi besar-besaran dengan melibatkan semua unsur yakni kelima batalyon ditambah unsur-unsur lain termasuk 10 ribu orang hansip dan warga masyarakat Blitar Selatan. Surat perintah operasi itu bernomor 02/5/1968. Dan penting dicatat bahwa 10 ribu orang Hansip itu adalah anggota Banser yang diberi pakaian Hansip.

Dalam operasi terpadu yang diberi nama sandi “Operasi Trisula” itu, sejumlah tokoh PKI berhasil ditewaskan. Di antara mereka itu adalah Ir Surachman dan Oloan Hutapea. Sedang mereka yang tertangkap di antaranya adalah Ruslan Wijayasastra, Tjugito, Rewang, Kapten Kasmidjan, Kapten Sutjiptohadi, Mayor Pratomo, dan beratus-ratus anggota PKI yang lain. Dan salah satu strategi operasi yang paling efektif dalam Operasi Trisula itu adalah “Pagar Betis” yang melibatkan 10.000 orang Banser ditambah warga masyarakat yang kebanyakan juga anggota Banser yang tidak kebagian seragam. Satu ironi mungkin terjadi dalam Operasi Trisula itu, yakni selama operasi itu berlangsung telah ditangkap sejumlah 182 orang anggota Kodam VIII/Brawijaya di antaranya berpangkat perwira yang ikut dalam operasi tersebut (Pusjarah ABRI, 1995, IV-B:101-108).

  • Penulis: Ansor Jatim

Rekomendasi Untuk Anda

  • Perkuat Kemandirian Ekonomi, PC Ansor Bojonegoro Jalin Sinergi dengan Dinas Perdagangan

    Perkuat Kemandirian Ekonomi, PC Ansor Bojonegoro Jalin Sinergi dengan Dinas Perdagangan

    • calendar_month Sel, 3 Jun 2025
    • visibility 260
    • 0Komentar

    Bojonegoro, Ansor Jatim – Dalam upaya memperkuat kemandirian ekonomi kader, Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor (PC GP Ansor) Bojonegoro menjalin koordinasi strategis dengan Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Kabupaten Bojonegoro. Pertemuan digelar di kantor dinas setempat, Senin (2/6/25). Pertemuan ini menjadi langkah awal dalam membangun sinergi antara organisasi kepemudaan dan […]

  • Aktivis GP Ansor Ini Terpilih Aklamasi, Ashadi Jabat Ketua PWI Gresik 2021-2024

    Aktivis GP Ansor Ini Terpilih Aklamasi, Ashadi Jabat Ketua PWI Gresik 2021-2024

    • calendar_month Jum, 8 Okt 2021
    • visibility 85
    • 0Komentar

    Gresik – Konferensi III Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Gresik akhirnya selesai digelar. Hasilnya, Ashadi Ikhsan terpilih sebagai ketua dengan masa jabatan periode 2021-2025. Ashadi mengantikan ketua sebelumnya yakni Sholahudin. Acara konfrensi yang digelar, di Hotel Saptanawa, Jum’at (08/10/2021) itu dipimpin langsung oleh perwakilan PWI Jatim, yakni Ainurochim dan Mahmud Suharmono. Semula bakal calon dikuti […]

  • Sahabat Ikhwan Arief Sosok Kader Ansor di Balik Suksesnya Bangsring Underwater

    Sahabat Ikhwan Arief Sosok Kader Ansor di Balik Suksesnya Bangsring Underwater

    • calendar_month Kam, 4 Nov 2021
    • visibility 95
    • 0Komentar

    Banyuwangi – Kiprah kader Ansor dari Banyuwangi Ikhwan Arief patut menjadi inspirasi bagi pemuda di Jawa Timur khususnya Nahdliyin. Milenial yang kini menjabat sebagai Ketua PC GP Ansor Banyuwangi menjelaskan tentang bagaimana dirinya merintis usaha ekoturisme di ujung timur pulau jawa. Ditemui di tempat wisata yang ia rintis yaitu Bangsring Underwater, kamis (04/11) Ikhwan Arif […]

  • Sumber : Inews

    Pangdam Jaya Usul Pembubaran FPI, GP Ansor: Proporsional Jangan Digencet Habis

    • calendar_month Sab, 21 Nov 2020
    • visibility 319
    • 2Komentar

    Pengurus Wilayah (PW) GP Ansor Jawa Timur (Jatim) meminta pemerintah bersikap proporsional dalam menghadapi fenomena Front Pembela Islam (FPI). Tindakan tegas tetap harus dilakukan, bila memang FPI melanggar hukum, begitu juga sebaliknya. “Pemerintah harus mengambil tindakan sebatas pelanggaran hukumnya. Tidak lebih dari itu. Harus proporsinal. Jangan digencet habis yang justru akan memunculkan permusuhan tak berujung,” […]

  • Ansor Tarik Kaji Sistem Penanggulangan Bencana

    Ansor Tarik Kaji Sistem Penanggulangan Bencana

    • calendar_month Sel, 23 Feb 2021
    • visibility 128
    • 0Komentar

    Ansorjatim, Sidoarjo – Cuaca Ekstrim masih merundung wilayah Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Sidoarjo. Sehingga Bencana dan musibah pun silih berganti menerpa sejumlah wilayah di Sidoarjo, banjir di beberapa kecamatan dan angin puting beliung yang kerap menyerang diaejumlah wilayah kabupaten Sidoarjo. Menghadapi situasi demikian Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Tarik turut prihatin dan simpatik. […]

  • GP. Ansor dan Masa Depan Kepemimpinan NU

    GP. Ansor dan Masa Depan Kepemimpinan NU

    • calendar_month Jum, 2 Feb 2024
    • visibility 393
    • 0Komentar

    Perhelatan akbar Kongres XVI Gerakan Pemuda Ansor, akhirnya dilaksanakan pada tanggal 2-3 Februari 2024 di Jakarta. Menariknya, pembukaan Kongres akan dilaksanakan di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Setelah itu, para peserta _terkhusus para peserta yang memenuhi syarat masuk forum_ akan bersama Kapal Pelni KM Kelud  bergerak menempuh perjalanan sejauh 210 naval miles menuju Pelabuhan Tanjung Emas […]

expand_less