Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » KeNUan » Sejarah Singkat Berdirinya Nahdlatul Ulama

Sejarah Singkat Berdirinya Nahdlatul Ulama

  • account_circle Ansor Jatim
  • calendar_month Jum, 14 Agu 2020
  • visibility 276
  • comment 3 komentar

Setibanya di Tebuireng, santri As’ad (KHR As’ad Syamsul Arifin Situbondo) menyampaikan tasbih yang dikalungkan oleh dirinya dan mempersilakan KH Hasyim Asy’ari untuk mengambilnya sendiri dari leher As’ad. Bukan bermaksud As’ad tidak ingin mengambilkannya untuk Kiai Hasyim Asy’ari, melainkan As’ad tidak ingin menyentuh tasbih sebagai amanah dari KH Cholil Bangkalan kepada KH Hasyim Asy’ari.

Sebab itu, tasbih tidak tersentuh sedikit pun oleh tangan As’ad selama berjalan kaki dari Bangkalan ke Tebuireng. Setelah tasbih diambil, Kiai Hasyim Asy’ari bertanya kepada As’ad: “Apakah ada pesan lain lagi dari Bangkalan?” Kontan As’ad hanya menjawab: “Ya Jabbar, Ya Qahhar”, dua asmaul husna tarsebut diulang oleh As’ad hingga tiga kali sesuai pesan sang guru. Setelah mendengar lantunan itu, Kiai Hasyim Asy’ari kemudian berkata, “Allah SWT telah memperbolehkan kita untuk mendirikan jam’iyyah”.

(Choirul Anam, 2010: 72) Riwayat tersebut merupakan salah satu tanda atau petunjuk di antara sejumlah petunjuk berdirinya Nahdlatul Ulama (NU). Akhir tahun 1925 santri As’ad kembali diutus Mbah Cholil untuk mengantarkan seuntai tasbih lengkap dengan bacaan Asmaul Husna (Ya Jabbar, Ya Qahhar. Berarti menyebut nama Tuhan Yang Maha Perkasa) ke tempat yang sama dan ditujukan kepada orang sama yaitu Mbah Hasyim.

Petunjuk sebelumnya, pada akhir tahun 1924 santri As’ad diminta oleh Mbah Cholil untuk mengantarkan sebuah tongkat ke Tebuireng. Penyampaian tongkat tersebut disertai seperangkat ayat Al-Qur’an Surat Thaha ayat 17-23 yang menceritakan Mukjizat Nabi Musa as.

Awalnya, KH Abdul Wahab Chasbullah (1888-1971) sekitar tahun 1924 menggagas pendirian Jam’iyyah yang langsung disampaikan kepada Kiai Hasyim Asy’ari untuk meminta persetujuan. Namun, Kiai Hasyim tidak lantas menyetujui terlebih dahulu sebelum ia melakukan sholat istikharah untuk meminta petunjuk kepada Allah SWT.

Sikap bijaksana dan kehati-hatian Kiai Hasyim dalam menyambut permintaan Kiai Wahab juga dilandasi oleh berbagai hal, di antaranya posisi Kiai Hasyim saat itu lebih dikenal sebagai Bapak Umat Islam Indonesia (Jawa). Kiai Hasyim juga menjadi tempat meminta nasihat bagi para tokoh pergerakan nasional. Peran kebangsaan yang luas dari Kiai Hasyim Asy’ari itu membuat ide untuk mendirikan sebuah organisasi harus dikaji secara mendalam.

Hasil dari istikharah Kiai Hasyim Asy’ari dikisahkan oleh KH As’ad Syamsul Arifin. Kiai As’ad mengungkapkan, petunjuk hasil dari istikharah Kiai Hasyim Asy’ari justru tidak jatuh di tangannya untuk mengambil keputusan, melainkan diterima oleh KH Cholil Bangkalan, yang juga guru Mbah Hasyim dan Mbah Wahab.

Dari petunjuk tersebut, Kiai As’ad yang ketika itu menjadi santri Mbah Cholil berperan sebagai mediator antara Mbah Cholil dan Mbah Hasyim. Ada dua petunjuk yang harus dilaksanakan oleh Kiai As’ad sebagai penghubung atau washilah untuk menyampaikan amanah Mbah Cholil kepada Mbah Hasyim.

Dari proses lahir dan batin yang cukup panjang tersebut menggamabarkan bahwa lika-liku lahirnya NU  tidak banyak bertumpu pada perangkat formal sebagaimana lazimnya pembentukan organisasi. NU lahir berdasarkan petunjuk Allah SWT. Terlihat di sini, fungsi ide dan gagasan tidak terlihat mendominasi. Faktor penentu adalah konfirmasi kepada Allah SWT melalui ikhtiar lahir dan batin.

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa berdirinya NU merupakan rangkaian panjang dari sejumlah perjuangan. Karena berdirinya NU merupakan respons dari berbagai problem keagamaan, peneguhan mazhab, serta alasan-alasan kebangsaan dan sosial-masyarakat.

Digawangi oleh KH Wahab Chasbullah, sebelumnya para kiai pesantren telah mendirikan organisasi pergerakan Nahdlatul Wathon atau Kebangkitan Tanah Air pada 1916 serta Nahdlatut Tujjar atau Kebangkitan Saudagar pada 1918.

Kiai Wahab Chasbullah sebelumnya, yaitu 1914 juga mendirikan kelompok diskusi yang ia beri nama Tashwirul Afkar atau kawah candradimuka pemikiran, ada juga yang menyebutnya Nahdlatul Fikr atau kebangkitan pemikiran. Dengan kata lain, NU adalah lanjutan dari komunitas dan organisasi-organisasi yang telah berdiri sebelumnya, namun dengan cakupan dan segmen yang lebih luas.

Komite Hijaz

Embrio lahirnya NU juga berangkat dari sejarah pembentukan Komite Hijaz. Problem keagamaan global yang dihadapi para ulama pesantren ialah ketika Dinasti Saud di Arab Saudi ingin membongkar makam Nabi Muhammad SAW karena menjadi tujuan ziarah seluruh Muslim di dunia yang dianggap bid’ah. Selain itu, Raja Saud juga ingin menerapkan kebijakan untuk menolak praktik bermadzhab di wilayah kekuasaannya. Karena ia hanya ingin menerapkan Wahabi sebagai mazhab resmi kerajaan.

Rencana kebijakan tersebut lantas dibawa ke Muktamar Dunia Islam (Muktamar ‘Alam Islami) di Makkah. Bgai ulama pesantren, sentimen anti-mazhab yang cenderung puritan dengan berupaya memberangus tradisi dan budaya yang berkembang di dunia Islam menjadi ancaman bagi kemajuan peradaban Islam itu sendiri.

Choirul Anam (2010) mencatat bahwa KH Wahab Chasbullah bertindak cepat ketika umat Islam yang tergabung dalam Centraal Comite Al-Islam (CCI)–dibentuk tahun 1921–yang kemudian bertransformasi menjadi Centraal Comite Chilafat (CCC)—dibentuk tahun 1925–akan mengirimkan delegasi ke Muktamar Dunia Islam di Makkah tahun 1926.

Sebelumnya, CCC menyelenggarakan Kongres Al-Islam keempat pada 21-27 Agustus 1925 di Yogyakarta. Dalam forum ini, Kiai Wahab secara cepat menyampaikan pendapatnya menanggapi akan diselenggarakannya Muktamar Dunia Islam. Usul Kiai Wahab antara lain: “Delegasi CCC yang akan dikirim ke Muktamar Islam di Mekkah harus mendesak Raja Ibnu Sa’ud untuk melindungi kebebasan bermadzhab. Sistem bermadzhab yang selama ini berjalan di tanah Hijaz harus tetap dipertahankan dan diberikan kebebasan”.

Kiai Wahab beberapa kali melakukan pendekatan kepada para tokoh CCC yaitu W. Wondoamiseno, KH Mas Mansur, dan H.O.S Tjokroamonoto, juga Ahmad Soorkatti. Namun, diplomasi Kiai Wahab terkait Risalah yang berusaha disampaikannya kepada Raja Ibnu Sa’ud selalu berkahir dengan kekecewaan karena sikap tidak kooperatif dari para kelompok modernis tersebut.

Hal ini membuat Kiai Wahab akhirnya melakukan langkah strategis dengan membentuk panitia tersendiri yang kemudian dikenal dengan Komite Hijaz pada Januari 1926. Pembentukan Komite Hijaz yang akan dikirim ke Muktamar Dunia Islam ini telah mendapat restu KH Hasyim Asy’ari.

Perhitungan sudah matang dan izin dari KH Hasyim Asy’ari pun telah dikantongi. Maka pada 31 Januari 1926, Komite Hijaz mengundang ulama terkemuka untuk mengadakan pembicaraan mengenai utusan yang akan dikirim ke Muktamar di Mekkah. Para ulama dipimpin KH Hasyim Asy’ari datang ke Kertopaten, Surabaya dan sepakat menunjuk KH Raden Asnawi Kudus sebagai delegasi Komite Hijaz.

Namun setelah KH Raden Asnawi terpilih, timbul pertanyaan siapa atau institusi apa yang berhak mengirim Kiai Asnawi? Maka lahirlah Jam’iyah Nahdlatul Ulama (nama ini atas usul KH Mas Alwi bin Abdul Aziz) pada 16 Rajab 1344 H yang bertepatan dengan 31 Januari 1926 M.

Riwayat-riwayat tersebut berkelindan satu sama lain, yaitu ikhtiar lahir dan batin. Peristiwa sejarah itu juga membuktikan bahwa NU lahir tidak hanya untuk merespons kondisi rakyat yang sedang terjajah, problem keagamaan, dan problem sosial di tanah air, tetapi juga menegakkan warisan-warisan kebudayaan dan peradaban Islam yang telah diperjuangkan oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya.

Tepat pada 31 Januri 2020, Nahdlatul Ulama berusia 94 tahun dalam hitungan tahun masehi. Sedangkan pada 16 Rajab 1441 mendatang, NU menginjak umur 97 tahun. Selama hampir satu abad tersebut, NU sejak awal kelahirannya hingga saat ini telah berhasil memberikan sumbangsih terhadap kehidupan beragama yang ramah di tengah kemajemukan bangsa Indonesia. Setiap tahun, Harlah NU diperingati dua kali, 31 Januari dan 16 Rajab. Penulis: Fathoni Ahmad Editor: Abdullah Alawi


  • Penulis: Ansor Jatim

Rekomendasi Untuk Anda

  • Gus Syafiq: Mari Wacanakan Kebangkitan Ekonomi, Daripada Ribut Kemenag

    Gus Syafiq: Mari Wacanakan Kebangkitan Ekonomi, Daripada Ribut Kemenag

    • calendar_month Kam, 28 Okt 2021
    • account_circle Ansor Jatim
    • visibility 26
    • 0Komentar

    SURABAYA-Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Ansor Jawa Timur M Syafiq Syauqi angkat bicara soal polemik statment Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas soal Kementrian Agama, yang dalam beberapa hari terakhir menjadi perbincangan publik. Syafiq menilai sudah sepantasnya polemik soal ini dihentikan. Lantaran, konteks pembicaraan tersebut, adalah untuk kalangan internal.”Inikan untuk motivasi, yakni memotivasi santri dan pesantren untuk […]

  • GP Ansor Ranting Tebuwung Gelar MDSRA Dan Ngaji Kebangsaan

    GP Ansor Ranting Tebuwung Gelar MDSRA Dan Ngaji Kebangsaan

    • calendar_month Sab, 18 Nov 2023
    • account_circle Redaksi 9
    • visibility 38
    • 0Komentar

    Gresik – Bertempat di Musholla Hidayatullah Ponpes Hidayatullah Tegalrejo Tebuwung Dukun Gresik. Gerakan Pemuda (GP) Ansor Ranting Tebuwung Dukun Gresik Gelar Majelis Dzikir Shalawat Rijalul Ansor (MDSRA) dan ngaji Kebangsaan. Kegiatan tersebut melibatkan seluruh anggota GP Ansor, Banser dan RA Rijalul Ansor Ranting Tebuwung. Puluhan kader NU ini mengikuti kegiatan tersebut penuh Khidmah sampai acara […]

  • Kawal Era Digital, GP Ansor Cabang Gresik Bentuk Badan Siber Ansor 

    Kawal Era Digital, GP Ansor Cabang Gresik Bentuk Badan Siber Ansor 

    • calendar_month Sab, 13 Mei 2023
    • account_circle Ansor Jatim
    • visibility 36
    • 0Komentar

    GRESIK – Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Gresik bakal menggelar Pengukuhan Badan Siber dan Talkshow pada Ahad 14 Mei 2023 di Gedung Nasional Indonesia (GNI Gresik). Kepala Badan Siber Ansor (BSA) GP Ansor Cabang Gresik, M Bachtiar Syuhri menyampaikan lembaga siber ini konsentrasi dan fokusnya merevitalisasi nilai dan tradisi Islam Ahlussunnah wal Jamaah. […]

  • GP Ansor Gresik Gelar Konfercab XVII: Mencari Pemimpin Visioner dan Inklusif

    GP Ansor Gresik Gelar Konfercab XVII: Mencari Pemimpin Visioner dan Inklusif

    • calendar_month Ming, 13 Okt 2024
    • account_circle Ansor Jatim
    • visibility 46
    • 0Komentar

    ansorjatim, Gresik – Suasana khidmat menyelimuti Pondok Pesantren Ihyaul Ulum, Kecamatan Dukun, Gresik, saat berlangsungnya Konferensi Cabang (Konfercab) XVII GP Ansor Gresik tahun 2024. Acara yang menjadi tonggak penting dalam regenerasi kepemimpinan organisasi kepemudaan ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk Ketua PCNU Gresik, tokoh-tokoh setempat, perwakilan organisasi kepemudaan (OKP), serta badan otonom NU Gresik. […]

  • Gelar Diklatsar Gempol, PC GP Ansor Bangil Kembali Hidupkan Mesin Kaderisasi

    Gelar Diklatsar Gempol, PC GP Ansor Bangil Kembali Hidupkan Mesin Kaderisasi

    • calendar_month Sab, 29 Mei 2021
    • account_circle Redaksi 9
    • visibility 31
    • 0Komentar

    Bangil – Beberapa hari setelah rehat Ramadhan dan Lebaran 1442 H, PC GP Ansor Bangil langsung gerak cepat dengan memulai kembali agenda kaderisasi. Daya tawar organisasi yang semakin tinggi dibawah kepemimpinan ketua PC GP Ansor Bangil Gus H. Saad Muafi membuat agenda kaderisasi di lingkup Cabang Bangil menjadi massif dan diminati kaum milenial. Sabtu sore […]

  • Konfercab VIII Kota Probolinggo, Relevansi dengan Generasi Muda Kunci Peran Ansor Perkotaan

    Konfercab VIII Kota Probolinggo, Relevansi dengan Generasi Muda Kunci Peran Ansor Perkotaan

    • calendar_month Ming, 15 Des 2024
    • account_circle PC GP Ansor Sampang
    • visibility 43
    • 0Komentar

    Probolinggo, Ansor – Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Kota Probolinggo menggelar Konferensi Cabang (Konfercab) VIII di Aula Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Mayangan. Acara ini dihadiri oleh Ketua PCNU Kota Probolinggo, H. Arbai Hasan, dan Rais Syuriah KH. Abdul Wahid, serta dihadiri oleh badan otonom (banom) NU se-Kota Probolinggo. Minggu (15/12). Mewakili Pimpinan Pusat GP […]

expand_less