Oleh: Abdul Muiz (Ketua MDS PC Ansor Tuban)
hari santri berbeda dg hari rabu, kamis dan hari jumat, memang ada kata “hari” nya tapi tdk masuk dalam kontruksi nama nama hari dlm paradigma lagu kanak kanak.
tidak pula berharap masuk dlm jajaran struktur nama hari, misalnya setelah hari senin hari santri lalu baru hari selasa, tidak demikian.
tulisan ini sengaja saya buat dalam rangka berapologi, krn menurut saya ada korelasi erat antara santri dan pepohonan. kenapa pepohonan? bolehlah anda menyebut saya sedang berkatarsis tipis2, bahwa pesantren tiap ada persoalan dg tetangga sering jadi perihal pepohonan, tetangga yg memiliki pohon mangga dekat pesantren, sudah bisa dipastikan pohonya tetap milik tetangga, tp mangganya??! menjadi kedaulatan bersama-lah-yaowww,,,,,
“ini jelas kebiasaan perilaku buruk santri,,,mencuri itu,,,Ghosobb,,,,Haram,,,,Neraka!!!”, tutur mereka sambil ngotot. Mak-jleBbb neng dodoku.
setiap kebenaran ada sisi salahny, dan setiap kesalahan ada sisi benarnya. maka yg dimaksud musibah adalah: ketika anda melihat prilaku salah tanpa menyadari kemungkinan benarny, dan berprilaku benar tanpa waspada kemungkinan salahny.
tdk tepat klo anda buru buru menyimpulkan bahwa saya hendak membela perilaku salah santri, apologi saya dlm tulisan ini adalah usaha mencoba mencari Djarum (Super) ditengah jerami dan survive bisa mempertahankan (sampoerna) nge-Mild demi menjaga berat badan ditengah musim petani tembakau menghadapi paceklik harga serta setetes hikmah dari maraknya “kedaulatan bersama” dilingkungan pesantren.
jadi begini kisahnya, seorang tetangga yg berprofesi sebagai petani memiliki satu biji mangga, dia berfikir, bagaimana supaya satu biji mangga ini dikemudian waktu menjadi manfaat dan berkah bagi agama, nusa dan bangsa??
mulailah sebiji mangga ia tanam di tanah yg subur dg kedalam tertentu, tanpa mekanisme kedalaman tertentu, biji ini lebih mungkin dirubung semut daripada tumbuh menjadi pohon mangga, setiap awal bulan, biji mangga ia sirami dg air yg halal dan pupuk doa yg tak pernah putus, karna petani sadar betul, bahwa dikemudian masa, agama, nusa dan bangsa akan butuh dg pohon mangga ini, entah sebagai hujjah atau sebagai figur.
tak ada yg tahu, bagaimana biji mangga ini berproses, ia didalam tanah hanya bermodalkan kesabaran dan kepasrahan kpd Allah SWT bagaikan petapa Siddharta atau Gautama, tp lebih serupa dg bagaimana Baginda Rasulullah SAW sebagai petapa di Gua Hiro’ sebelum dan hingga menerima wahyu sebagai padanan kang santri sebagai petapa didalam pesantren.
sekali waktu, petani itu menjenguk biji mangga, utk sekedar melihat kabar dan perkembangan pertapaanya di dalam tanah, sampai pada suatu saat biji mangga ini mulai bertunas kejujuran, lalu tahun depan bertunas kesabaran, disusul dg tunas2 yg lain, tunas ketawadhuan, tunas ketaatan, tunas keteguhan, tunas pengabdian, semua tunas itu bertumpu pada dahan keikhlasan.
ketika tiba saatnya, tunas tersebut menjelma menjadi ranting yg ditumbuhi oleh dedaunan, ada daun Petani, daun pengusaha, ada jg daun PNS, daun ketua organisasi, daun presiden, daun Legislatif dan eksekutif, daun Gubernur, daun Bupati, Masyaallaaaahh…. Tabarokallaaaahhh, sangat lebat daunya. daun Wiraswasta, daun Kepolisian, Daun TNI, daun Modin, daun Kamituo, daun Carik.
kelamaan juga biji mangga mengeluarkan akar yg merasuk kedalaman tanah, akarny sangat banyak, itu ada akar yg mengarah ke barat, bernama akar Al Quran dan Hadits, sebelahny jg keluar akar Gramatika Arab, akar Morfologi Kalimah, disusul dg akar2 lain, seperti akar Hukum Islam, akar Fiqh, akar Tasawwuf.
pada giliranya, menjadi pohon mangga besarr yg memberikan manfaat meneduhkan bagi yg kepanasan, menyejukkan bagi yg terpolusi, merindangkan kegersangan, menyehatkan mata, menentramkan hati, bermental baja, berjihad agama dan berpatriot NKRI. tak mudah roboh diterpa angin, tak melemah diterpa panasnya matahari, tak lekang oleh kemarau.
tiba2 dari kejauhan petani melihat pohon manggany mengeluarkan buah, dipetiklah tiga buah mangga, satu untuk agama, satu untuk nusa dan satu lagi untuk bangsa.
sejak itulah tetangga saya mengikhlaskan Pohon Mangga milikny disamping Pondok Pesantren utk dinikmati para Santri. kedaulatan bersama-lah-yawww…..Serbuuu Kang,,,,,Tarik Mbak….Tarik Kang…..Semongkoo…..
SELAMAT HARI SANTRI KANG……!
Senori, 23 Oktober 2020.
22.00 WIB