Saat itu, mendapat tantangan luar biasa dari kaum kafir Quraisy di Mekah. Sehingga, Nabi Muhammad beserta kaumnya, memilih hijrah meninggalkan tanah kelahiranya menuju Madinah.
Proses hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah bukanlah perjalanan pendek dan ringan. Kalau sekarang, sudah ada kendaraan mobil atau bus, juga kondisi jalanan mungkin sudah beraspal dan ada tol.
Menurut beberapa riwayat, hijrah Nabi bersama kaumnya dulu dilakukan dengan naik onta, sebagian lagi jalan kaki. Melewati bukit dan gurun pasir, menempuh jarak dari Mekah ke Madinah sepanjang sekitar 490 km, dan memakan waktu sekitar satu bulan.
Dalam kejadian itu, para sahabat yang ikut hijrah bersama Nabi Muhammad SAW disebut dengan istilah kaum Muhajirin (yang berhijrah). Sedang yang menjemput di Madinah disebut kaum Ansor (penolong).
Para kaum Ansor menunggu kedatangan kaum Muhajirin dengan penuh rasa bahagia. Saking bahagianya, peristiwa menyambut kedatangan Nabi Muhammad bersama kaumnya itu ditandai dengan lagu sholawat, yang sampai sekarang sering kita dengar dan lantunkan.
“Thola’al badru alayna min tsaniyyatil wadda’i. Wajabasy-syukru alayna, ma da’a lillahi da’i.”
Sejak saat itu, kaum muhajirin menetap di Madinah. Dimulai saat itu juga, kegigihan serta semangat pantang putus asa Nabi Muhammad pun perlahan menuai hasil. Islam mulai berkembang, menjadi penanda awal kebangkitan Islam. Bahkan saat itu, selain sebagai pemimpin agama, Nabi Muhammad juga diangkat oleh masyarakat sebagai Kepala Negara. Padahal corak masyarakat saat itu sangat heterogen, termasuk didalamnya ada kaum yahudi yang juga hidup berdampingan.
Selain itu, kepemimpinan Nabi Muhammad dalam mengelola politik kenegaran juga meraih keberhasilan. Hingga pada akhirnya mampu menguasai kembali Kota Mekah dan masyarakatnya.
Peristiwa hijrah Nabi Muhammad itu kemudian menjadi sejarah besar bagi ummat Islam. Jika kelahiran Nabi Isa Alaihi Salam (AS) ditandai sebagai mulainya tahun baru Masehi, maka peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW menjadi penanda dimulainya tahun baru Hijiriyah, atau tahun barunya ummat Islam.
Dari sejarah perjalanan Nabi Muhammad SAW itu, kita bisa mengambil hikmahnya; bertindak teguh dan gigih laksana langkah dan tindakannya kaum Muhajirin. Bersikap penolong, murah hati, berhati mulia dan penuh kekeluargaan terhadap sesama saudara, laksana sikapnya kaum Ansor.
Selamat tahun baru Islam. 1 Muharram 1443 Hijriyah (Kalender Islam), 1 Suro (Kalender Jawa), 10 Agustus 2021 kalender Masehi. Mari rayakan dengan penuh bahagia dan bermuhasabah, serta memperbanyak sholawat kepada Rosulullah Muhammad SAW.
Juga di tahun baru ini, bersama-sama kita hijrah dari buruk menuju baik, lemah menjadi kuat, pesimis menjadi optimis. Seoptimis kita mampu hijrah meninggalkan masa pandemi menuju masa normal kembali.
Batu, 01 Muharram 1443 H
M. Hasan Abdillah
Cantrik Ansor Kota Batu