Memanasnya suhu politik menjelang coblosan 14 Februari 2024 memiliki dampak signifikan dalam pergulatan politik di akar rumput. Kondisi tersebut sebenarnya bukan luar biasa, karena setiap menjelang coblosan upaya mempengaruhi masyarakat dengan intrik politik yang halus maupun yang kasar pasti terjadi.
Namun ada satu hal yang patut kita amati secara serius adalah perilaku politik NU secara struktural dan warga NU di akar rumput. Pemilu 2024 merupakan kemerdekaan berpolitik warga NU, karena ketua PBNU secara tegas dan jelas memberikan kebebasan kepada seluruh warga NU untuk memilih partai atau calon yang dianggap sesuai dengan hati nuraninya.
Beberapa Banom memainkan peran politik dengan melakukan komitmen pemberdayaan pada calon partai manapun untuk berjalannya organisasi. Fenomena seperti ini menunjukkan bahwa kecerdasan politik dan keberdayaan politik warga NU mulai tumbuh dan berkembang. Implementasi khittoh NU dari dulu jelas, NU ada di mana mana tapi tidak kemana mana. NU tetap jam’iyyah yang tetap konsen membangun masyarakat di semua lini kehidupan.
Ketika NU sudah membumi dan menjadi bagian penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka peran NU akan semakin nyata dalam kehidupan masyarakat. NU tetap lebih penting dari pada sebuah partai politik, karena cakupan perjuangannya sangat luas. NU harus lepas dari cengkeraman satu partai politik, karena NU mengayomi semua partai. Gagasan besar PBNU bahwa cara pandang politik NU adalah politik kebangsaan bukan politik kepartaian menempatkan NU harus menjaga jarak sama dengan seluruh partai.
Kemandirian NU dalam Membangun Umat
Semakin besar dan luasnya garapan NU membuat Pengurus Besar NU harus melakukan langkah cerdas, strategis dan prospektif. Cakupan Gerakan pemberdayaan NU dalam semua lini kehidupan, membuat NU tidak hanya membutuhkan sumber daya, namun juga membutuhkan sumber dana dan jaringan yang kuat juga.
Maka langkah PBNU dalam menjalin kerjasama dengan stakholder diluar NU memiliki makna strategis. Jaringan birokrasi merupakan mitra setragis NU dalam pembangunan umat, disamping pihak swasta yang memiliki kesamaan program dalam pemberdayaan.
NU tidak mungkin terus menerus tergantung pada partai politik, karena partai politik menjadikan NU semakin sempit jaringannya. Disisi lain NU akan tersandera dengan agenda politik yang ternyata kurang memberikan makna signifikan bagi NU.
Maka usaha Gus Yahya dalam membawa dan mengajak warga NU berfikir global menjadi samgat penting untuk di fahami. Untuk menghadapi isu global, problematika bangsa yang universal, tehnologi AI ( Artificial Intellegence ), problematikan politik dunia yang berpengaruh terhadap ekonomi dan masih banyak lagi yang lainnya.
NU butuh dana besar untuk mempersiapkan penyelesaian dan pelaksanaan agenda strategis tersebut, maka Ihtiar PBNU untuk memenuhi kebutuhan tersebut harus bisa kita maklumi. Jika sebagian ada yang mengatakan PBNU berpolitik, itu sangat tidak benar. Semua pengurus PBNU yang jelas jelas ikut dalam kompetisi atau menjadi tim sukses di non aktifkan sementara.
Usaha PBNU untuk membuka jaringan yang bisa mensupport suksesnya agenda NU menjadi sangat penting. Ihtiar kemandirian sumber dana untuk mewujudkan dana abadi NU menjadi langkah yang sangat penting disampingkan untuk mengembangkan amal usaha organisasi.
Maka memasuki Abad kedua tahun pertama seluruh warga NU saatnya membuka hati dan Fikiran bahwa “ NU harus bangkit, NU harus kuat dalam pendanaan, NU harus memiliki kemandirian ekonomi dan NU harus tetap berjuang membangun Masyarakat khususnya dalam urusan diniyyah”
NU akan memberikan solusi problematika global kehidupan dunia internasional dengan nilai luhur yang ada dalam qonun asasi NU. Kehidupan beragama NU telah berhasil membangun Indonesia yang damai dan sejahtera !! Semoga akan abadi selamanya. Amin
HM Basori M.Si
Sekolah Perubahan
Instruktur Nasional GP Ansor